Rabu, 11 Mei 2011

PSS Diminta Transparan

05 May 2011
DPRD Kabupaten Sleman mendesak manajemen PSS Sleman segera melaporkan penggunaan APBD untuk Skuat Super Elang Jawa (Elja), julukan PSS selama melakoni Liga TI Phone 2010/2011.

Langkah itu dilakukan menyusul keinginan untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas penggunaan anggaran rakyat itu.

“Sampai detik ini, kami belum mendapatkan laporan. Berapa yang dihabiskan untuk belanja pemain? berapa yang dihabiskan untuk akomodasi? Pendapatan dari tiket? Dan juga sisa anggaran yang masih ada. Kami minta manajemen untuk transparan menyampaikan dalam waktu dekat,” kata Arif Kurniawan, Ketua Komisi D DPRD Sleman, Rabu (4/5).

Di kompetisi 2010/2011, PSS mendapatkan kucuran anggaran Rp4,5 miliar. Jumlah itu berasal dari APBD Sleman 2010 sebesar Rp1,3 miliar dan sisanya di APBD Perubahan. Sementara prestasi yang didapatkan di kompetisi kasta kedua Tanah Air itu menempatkan PSS berada di peringkat ke 10 dari 13 peserta.

“Tentu kami ingin prestasi yang didapatkan PSS lebih baik di kompetisi mendatang. Karenanya persiapan perlu dilakukan sejak dini. Tak hanya itu, kami butuh adanya transparansi anggaran, mengingat ini bakal jadi bekal untuk menyiapkan tim ke depan,” tambah Arif.

Hal yang hampir sama juga diungkapkan Slemania beberapa waktu lalu. Di ajang Sarasehan yang digelar Slemania di Youth Center, salah satu poin yang direkomendasikan suporter PSS itu adalah adanya transparansi anggaran.

“Kami ingin manajemen untuk transparansi pendanaan PSS. Jika memang PSS mengalami kesulitan dan harus menaikkan harga tiket kami tidak masalah. Kami ingin PSS seperti Arema, dikelola dengan baik,” ucap Supriyoko, Ketua Slemania.

Adapun General Manajer PSS, Djoko Handoyo berkilah mengenai permasalahan transparansi anggaran. Djohan-panggilan akrab Djoko Handoyo mengaku pihaknya belum melakukan rapat koordinasi mengenai besaran anggaran yang telah terpakai dan juga sisa anggaran untuk persiapan pembentukan tim di kompetisi mendatang.

Manajemen Masih Bisa Mengatur Pemain Sampai Juli

05 May 2011
Manajemen PSS masih memiliki hak untuk mengatur para pemain hingga Juli mendatang. Hal ini ditegaskan karena kontrak pemain akan berakhir pada bulan Juli. Pasca usainya gelaran kompetisi Divisi Utama Liga Ti-Phone 2010/2011, PSS langsung menggelar dua kali ujicoba melawan Garuda BSA dan Porprov. Setelah ujicoba ini skuad PSS diliburkan 10 hari dan baru akan berkumpul lagi, 16 Mei mendatang.

Sementara itu pelatih PSS, M. Basri mengaku tetap ingin menukangi PSS di musim mendatang. Selain bakal menyodorkan nama pemain yang layak dipertahankan, M. Basri juga telah menyusun sejumlah program yang sesuai dengan visi manajemen dan sesuai hasil evaluasinya, Basri menegaskan terdapat beberapa pemain yang memperlihatkan grafik peningkatan.

Bahkan PSS saat ini sudah mendapat undangan untuk mengikuti Turnamen Walikota Magelang pada pertengahan Mei mendatang. Sehingga diharapkan kepada pemain yang saat ini masih terikat kontrak untuk tetap berlatih.

Ferry Selamatkan PSS

01 May 2011
Tim PSS Sleman mengungguli Barito Putra dengan angka 1-0 dalam pertandingan sepak bola kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia 2010/2011 di Stadion Maguwoharjo Sleman, Jumat (29/4).

Gol tunggal PSS dicetak Ferry Anto melalui titik penalti pada menit 23. PSS memperoleh tendangan penalti setelah pemain belakang Barito Putra menjatuhkan Ferry Anto di dalam kotak penalti.

Pada babak pertama pertandingan berlangsung menarik, karena kedua tim saling melancarkan serangan untuk mencetak gol. Pada menit empat, pemain Barito Putra Nnengue Bienvenu berhasil menjebol gawang PSS.

Namun, gol Nnengue dianulir wasit karena menilai terjadi pelanggaran. Sebelum bola masuk gawang terjadi pelanggaran di depan gawang PSS, sehingga gol Nnengue dinilai tidak sah.

Pada menit 23 PSS memperoleh tendangan penalti setelah Ferry Anto dijatuhkan pemain belakang Barito Putra di dalam kotak penalti. Ferry yang dipercaya sebagai eksekutor berhasil menjalankan tugas dengan baik.

Gol Ferry membuat kedudukan berubah menjadi 1-0 untuk PSS, yang bertahan hingga babak pertama usai.

Pada babak kedua pertandingan berjalan cukup keras. PSS dan Barito Putra saling melancarkan serangan, tetapi tidak ada yang berbuah gol.

Saat memasuki "injury time" terjadi kericuhan di lini belakang PSS. Kericuhan diduga bermula dari tindakan pemain asing Barito Putra Nnengue Bienvenu terhadap pemain PSS Lubis Syukur.

Nnengue diduga memukul bagian tengkuk Lubis sehingga menyulut perkelahian antar pemain. Petugas keamanan langsung masuk lapangan untuk meredam perkelahian.

Namun, para ofisial kedua tim ternyata juga tersulut emosi dan ikut masuk ke lapangan. Bahkan, beberapa suporter yang berada di tribun juga turun dan merangsek ke lapangan.

Kericuhan akhirnya bisa diredam oleh aparat keamanan, dan pertandingan dinyatakan berakhir karena sudah melewati waktu yang ditentukan. Pertandingan dimenangi PSS dengan angka 1-0.

Pelatih PSS M Basri mengatakan, dirinya kecewa dengan tindakan pemain asing yang menjadi provokator yang memicu kericuhan di lapangan. Pemain asing itu merusak permainan.

"Kami mengutuk tindakan pemain asing Nnengue yang menyulut perkelahian antar pemain hingga meluas ke ofisial," katanya. (ant/mac)

Hasil Sarasehan Antara Slemania, Manajemen dan Pemain PSS

29 April 2011
HASIL SARASEHAN UNTUK KORWIL

Sesuai dengan hasil keputusan Sarasehan Slemania dan PSS Sleman yang diikuti laskar, kowil, Slemanona, Bala Slemania dan Pengurus Pusat Slemania pada hari Rabu, 27 April 2011 di Gelanggang Pemuda Youth Center, Mlati, maka dengan ini kami sampaikan sebagai berikut:

1. Slemania dan Ultras PSS tidak ada masalah. Slemania dan Ultras PSS akan tetap bersama-sama selalu mendukung PSS. Ultras PSS juga menegaskan bahwa Ultras PSS tidak akan membentuk organisasi supporter tandingan.
2. Atribut Slemania wajib mengandung warna hijau atau putih dan ada logo PSS atau Slemania sesuai AD/ART Slemania.
3. Setiap anggota Slemania wajib membuat/memiliki KTA Slemania. Tujuannya untuk membedakan antara anggota slemania dan penonton umum dan KTA tersebut tidak bisa digunakan untuk mendapatkan potongan harga tiket masuk stadion.
4. Slemania menegaskan bahwa Slemania adalah supporter netral. Sesuai kesepakatan, Slemania akan mensweeping atribut suporter koalisi (syal/kaos/banner).
5. Selama Slemania mengadakan tour dalam mendukung PSS belum pernah sekalipun menerima keuntungan dari pendaftaran peserta tour.
6. Menegaskan agar laskar di daerah Sleman/luar Sleman untuk tidak menonjolkan nama laskarnya dengan corat-coret karena Slemania tidak hanya berdomisili di Sleman saja.

Demikian hasil Sarasehan ini kami sampaikan. Semoga hasil keputusan ini dapat bermanfaat bagi Slemania dan menjawab bisa menjawab apa yang selama ini menjadi pertanyaan anggota Slemania.

HASIL SARASEHAN UNTUK BUPATI DAN MANAJEMEN PSS

Sesuai dengan hasil keputusan Sarasehan Slemania yang diikuti laskar, Slemanona Korwil, Bala Slemania dan Pengurus Pusat Slemania menghendaki beberapa perubahan di tubuh Managemen dan di Tim PSS Sleman, antara lain:
1. Slemania menagih janji kepada Bupati Sleman, Sri Purnomo agar PSS masuk Super Liga 2013
2. Jika tiket Rp. 10.000 tanpa pemain asing, jika Rp.15.000 harus ada pemain asing
3. Keinginan Slemania untuk pindah ke tribun merah
4. PSS Sleman membuat badan hukum agar bisa membantu menghidupi PSS Sleman.
5. Slemania meminta kepada management PSS untuk transparansi pendanaan PSS
6. Menghendaki perubahan manajemen PSS
7. Cari pengusaha sukses asli sleman untuk membiayai tim PSS


Demikian kami sampaikan rekomendasi untuk managemen PSS dan Tim PSS Sleman agar tahun musim kompetisi depan 2011-2012 PSS bisa lebih baik.

Jumat, 22 April 2011

HASIL PERTANDINGAN LIGA TI-PHONE 2010/2011

PS Mojokerto Putra 3 vs 0 PSS Sleman

Stadion Gajah Mada
Mojokerto
18 Apr 2011, 15:30 WIB

PSS Dan Slemania Akan Gelar Sarasehan

22 April 2011
Kelompok suporter fanatik PSS Sleman, Slemania bakal menggelar sarasehan bersama PSS Sleman dan Slemania. Sesuai hasil rapat pengurus pusat Slemania dan korwil-korwil Slemania sore tadi (Kamis/21/4) di Stadion Tridadi, Sleman, diputuskan bahwa besok tanggal 27 April 2011 akan digelar sarasehan bersama.

Menurut rencana acara tersebut akan digelar di Gelanggang Pemuda Youth Center Mlati. Nantinya selain acara silaturahmi antara Slemania, manajemen PSS dan pemain PSS juga akan digelar tanya jawab. Selain itu tiap laskar diwajibkan datang dengan diwakili 2 orang, pengurus korwil dan pengurus pusat Slemania. Inti acara tersebut adalah memberikan masukan kepada pengurus pusat SLemania maupun bagi manajemen PSS sendiri.

PSS Akan Hadapi Diklat Salatiga

22 April 2011
Sisa waktu sepuluh hari yang dimiliki PSS Sleman sebelum menjamu Barito Putra di akhir kompetisi benar-benar bakal dimaksimalkan. Skuad Super Elang Jawa (Elja) julukan PSS bakal melakukan uji coba melawan Diklat Salatiga, di Stadion Maguwoharjo Sleman, Senin (25/4) sore.

Bentrok dengan tim beda kasta asal Salatiga itu dilakukan untuk memantapkan kondisi tim jelang menjamu tim asal Kalsel. PSS sendiri mematok poin penuh atas Barito Putra untuk mengamankan posisi dan lepas dari jerat degradasi.

”Ya, kami akan menggelar laga uji coba sekali sebelum ketemu Barito. Rencananya bakal melawan Diklat Salatiga. Di laga uji coba kali ini juga bakal menjadi salah satu penentu kesiapan anak-anak menghadapi laga kandang terakhir kami,” lontar asisten pelatih PSS, Iksan Mustahid, kepada Harian Jogja, di Sleman, Rabu (20/4).

Iksan mengungkapkan ada banyak evaluasi dari hasil dua laga di Jawa Timur. Permasalahan pertahanan dan mandulnya peluang menjadi gol menjadi catatan tersendiri. Selain itu, uji coba juga untuk mengembalikan feeling ball dari Deny Tarkas dkk.

”Kami akui banyak pembenahan yang harus kami lakukan. Apalagi kami akan main di kandang dan harus menang. Kami ingin lepas dari degradasi itu saja,” ungkapnya.

Mengenai lawan uji coba yang sengaja dipilih yang kekuatannya minimal, Iksan menuturkan tujuannya agar skema permainan bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan. ”Selain itu juga agar pemain bisa mengembangkan permainannya,” terangnya.

Selain untuk uji coba alternatif formasi, uji coba terakhir juga dalam rangka melihat kesiapan seluruh punggawa tim. Seperti diketahui, beberapa punggawa PSS belum menunjukkan performa terbaiknya di dua laga di Jawa Timur. Hal ini diperparah dengan absennya sang kapten Deny Tarkas yang terkena akumulasi kartu saat menjamu Barito Putra.

”Apalagi kemarin Deni kena kartu. Secara otomatis kami akan harus menyiapkan alternatif penggantinya. Semua akan kami lihat besok Senin,” tandasnya.

PSS sendiri baru akan melakukan latihan sore ini. Langkah ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada punggawa berkumpul dengan keluarga. Meski libur, namun Iksan mengaku pihaknya telah meminta kepada pemain untuk tetap menjaga speed dan performa.

”Besok sore kami mulai latihan. Nanti selain uji coba kami juga ada program fisik untuk menjaga kebugaran dan speed pemain,” pungkas Iksan.

Pemain PSS Masih Terluka

22 April 2011
Agus "Grandong" Purwoko dkk bisa menghela nafas sejenak. Usai melakoni tur berat di Probolinggo dan Mojokerto, punggawa PSS Sleman dibebaskan dari latihan selama dua hari. Pasukan Elang Jawa akan kembali merumput di Stadion Maguwoharjo, Kamis (21/4/2011) besok.

"Anak-anak banyak terkuras fisik dan mental, karena permainan tim tuan rumah Persipro Probolinggo dan PSMP Mojokerto yang kasar dan keras," ujar Manajer Tim PSS, Rumadi, kepada Tribun Jogja, Selasa (19/4/2011).

Menurut Rumadi, dua laga tandang terakhir lalu adalah pertandingan berat bagi tim Elja. "Wasit lagi, wasit lagi. Setelah dikerjai di Probolinggo 0-4, kok diteruskan di Mojokerto lagi dengan skor 0-3. Akibatnya, anak-anak harus mengeroyok wasit," paparnya masih tampak geram.

Dari hasil dua laga tandang terakhir lalu, Rumadi sempat terlintas untuk berhenti mengurusi sepak bola. "Saya malah sempat males ngurusi bola lagi, setelah melihat wasit seperti itu," tuturnya.

Dari kejadian tersebut, Rumadi meminta dengan serius agar Badan Liga Indonesia (BLI) dan PSSI melakukan perubahan menyeluruh terhadap wasit yang bertugas memimpin kompetisi divisi utama.

Sabtu, 16 April 2011

Blog Melanda Slemania!!!

Akhir-akhir ini ada yg sedikit berbeda dari geliat anak2 slemania khususnya anak2 "Slemania Cyber". Dari yg awalnya mereka hanya melihat kabar PSS,mengisi guestbook atau forum di website resmi www.slemania.or.id hingga sekarang banyak bermunculan website-website pribadi mereka sendiri,atau yg sering disebut dengan blog.
Apa itu blog??Berikut seklumit mengenai blog.

Blog adalah kependekan dari Weblog, istilah yang pertama kali digunakan oleh Jorn Barger pada bulan Desember 1997. Jorn Barger menggunakan istilah Weblog untuk menyebut kelompok website pribadi yang selalu diupdate secara kontinu dan berisi link-link ke website lain yang mereka anggap menarik disertai dengan komentar-komentar mereka sendiri.

Blog kemudian berkembang mencari bentuk sesuai dengan kemauan para pembuatnya atau para Blogger. Blog yang pada mulanya merupakan''catatan perjalanan'' seseorang di internet, yaitu link ke website yang dikunjungi dan dianggap menarik, kemudian menjadi jauh lebih menarik daripada sebuah daftar link. Hal ini disebabkan karena para Blogger biasanya juga tidak lupa menyematkan komentar-komentar''cerdas'' mereka, pendapat-pendapat pribadi dan bahkan mengekspresikan sarkasme mereka pada link yang mereka buat.

Dan berikut blog2 dari teman2 slemania.
• www.eljaholic.co.nr milik donpedro
• www.slemankita.co.nr milik afree
• www.superelja.co.nr milik noor arief
• www.slemaniatitikhitam.co.nr milik banu slemania titik hitam

Pada dasarnya ke-4 blog diatas mempunyai tujuan yg sama. Tapi kita akan menemukan perbedaannya ketika kita mengunjungi masin-masing blog tsb.

Dari dunia blog inilah.Biasanya para dedengkotnya (admin) banyak bercerita,tukar pikiran,dan saling membantu. Dari situlah mereka jadi bisa saling mengenal satu sama lain lebih jauh, Dari Afree, seorang blogger lama yg dalam aksinya banyak menggunakan HP(handphone), Don Pedro ,seorang blogger lama yg potensial, Noor Arief yg sebenarnya blognya udah lama tapi baru diurusin sekarang, sampai Banu titik hitam seorang blogger yg baru.

Pada prinsipnya kami(bloger) ada untuk melayani,memberi informasi,dan mendukung tim yg kami banggakan (PSS) tentunya.

Ya Semoga saja kehadiran kami (kaum bloger) dapat sedikit membantu rekan2 Slemania diseluruh dunia.Amiin..

BORN FROM CYBER WORLD LOYALTY SUPPORT ELJA

[afree_slemankita/re edited by donpedro]

NEXT MATCH!!!


  • PSMP
  • VS
  • PSS Sleman


Stadion Gajah Mada, Mojosari, Mojokerto
18 Apr 2011
15:30 WIB

Saatnya Bergerak Untuk Revolusi PSSI

22 February 2011
Beberapa hari yang lalu tim verifikasi bakal calon Ketua Umum PSSI memutuskan bahwa George Toisutta dan Arifin Panigoro gagal maju dalam pemilihan lantaran terganjal beberapa statuta PSSI. Sementara dua calon lainnya Nurdin Halid dan Nirwan D. Bakrie melenggang.

Dua nama terakhir pada periode 2007-2011 ini adalah pasangan ketua dan wakil. Sudah tentu mereka juga yang paling bertanggungjawab atas mandeknya prestasi timnas Indonesia dan berbagai kasus yang menodai kompetisi sepakbola kita, selain Noegraha Besoes tentunya, yang sudah bercokol di kepengurusan PSSI sejak 1983.

Berbagai kelompok suporter sudah menyatakan diri untuk membuat gerakan "Revolusi PSSI" yang tujuannya adalah untuk membuat otoritas tertinggi sepakbola Indonesia bisa lebih baik tanpa campur tangan Nurdin Halid dan kroni-kroninya yang sudah terbukti gagal namun masih memiliki hasrat untuk memimpin PSSI kembali.

Hari ini, Selasa (22/02), kelompok Save Our Soccer (SOS) di Jakarta berkumpul di KPK dan akan menduduki kantor PSSI Pusat di Senayan. Suporter Aceh juga melakukan demo di Banda Aceh. Pecinta bola di Solo menggelar aksi Revolusi PSSI dan menentang pencalonan kembali Nurdin Halid. Suporter bola di Semarang bahkan menginjak-injak foto NH sembari mengecam PSSI.

Di Tugu Jogja dan di nol kilometer hari ini terdapat berbagai elemen pecinta bola yang menggelar unjukrasa menentang NH dan desakan untuk merevolusi PSSI.

Sudah saatnya kita bergerak. Tak perlu terbang ke Jakarta. Kita bisa menyuarakan sekaligus mengintimidasi Pengda PSSI DIY yang sudah jelas mendukung pencalonan kembali Nurdin Halid agar mencabut dukungan mereka. Sepakbola Indonesia perlu pembaharuan untuk menuju masa yang lebih baik.

Slemania yang pernah disegani sebagai suporter yang besar tentu saja memiliki potensi besar untuk menjadi bagian dari gerakan Revolusi PSSI. Kita buktikan dari Sleman bisa membawa sepakbola Indonesia yang lebih baik.

Mengutip perkataan mbak Alissa Wahid di account twitternya @AlissaWahid "Bertindak belum tentu menyelesaikan semua. Tapi tidak bertindak sudah pasti tidak menyelesaikan apa-apa". Ayo kawan, saatnya kita BERGERAK MEREVOLUSI PSSI.

Liga Primer Indonesia, Untuk Sepakbola Indonesia Yang Lebih Baik

04 January 2011
Liga Primer Indonesia atau biasa disingkat LPI, tentu sudah banyak dari kita yang mendengar nama ini. Kompetisi baru yang digadang-gadang sebagai liga yang profesional dan bersih ini bakal menjadi warna baru sepakbola Indonesia.

Sesuai jadwal, liga ini bakal dimulai pada 8 Januari 2011 di Stadion Manahan Solo yang mempertemukan tuan rumah Solo FC menghadapi Persema Malang. Sebelumnya, Persema merupakan salah satu klub anggota Indonesia Super League (ISL), kompetisi resmi yang diakui oleh PSSI.

Meskipun dianggap sebagai kompetisi yang ilegal dan tidak diakui oleh PSSI, namun banyak pihak yang menaruh harapan bakal terwujudnya kompetisi sepakbola Indonesia yang bersih dan lebih baik dari LPI.

Kompetisi tandingan ini lumayan membikin PSSI murka, dan terutama khawatir. Bisa jadi PSSI khawatir apabila animo masyarakat bakal tersedot ke LPI, dan bukan ISL atau kompetisi lainnya yang resmi digelar oleh PSSI.

Wajar saja, karena LPI memang memberikan konsep yang menarik bagi klub, yaitu membentuk manajemen klub dan kompetisi yang ideal dan profesional.

Walapun ada berbagai ancaman dari PSSI tidak menyurutkan niat klub-klub untuk berkompetisi di LPI. Terbukti, ada tiga klub yang "berkhianat" dari kompetisi resmi PSSI dengan bergabung ke LPI, seperti Persebaya Surabaya, Persema Malang, dan Persibo Bojonegoro.

Menurut kabar yang beredar, Bontang FC dan Persela Lamongan bakal menyusul keluar dari ISL. Kemungkinan menunggu hasil dari manager meeting ISL hari ini.

Sebenarnya, PSS Sleman ada kesempatan untuk bergabung di LPI setelah berapa waktu lalu tim kebanggaan kita ini mendapatkan undangan dari LPI untuk bergabung. Tetapi entah alasan apa yang dikemukakan, PSS tetap pada pendirian untuk mengikuti kompetisi Divisi Utama PSSI.

Padahal, untuk menjadi klub yang profesional dan mandiri, kompetisi LPI sangat ideal bagi PSS, apalagi klub ini memiliki suporter yang fanatik dan banyak. Seperti yang kita tahu, setiap tahunnya PSS selalu mengemis dari dana APBD yang berarti juga membebani uang rakyat. Padahal prestasi klub kita ini setiap tahunnya juga biasa-biasa saja dan tidak memiliki target yang tinggi.

Mari kita cermati dan ikuti kompetisi Divisi Utama yang diikuti oleh PSS serta kompetisi LPI sebagai warna baru kompetisi sepakbola di Indonesia. Masih pantaskah PSS berlaga di kompetisi dengan kendaraan plat merah atau terjun di kompetisi yang profesional dan bersih.

Demi kemajuan sepakbola Indonesia. Masih ada harapan cerah bagi sepakbola Indonesia untuk menjadi juara.


Ferry Wiharsasto
Fans PSS Sleman dan timnas Indonesia

Suporter Bukan Politik, Kami Tak Perlu Koalisi

24 October 2010
Suporter kok pake koalisi..

Tadi sore saat melihat Pelita vs Persija di salah satu TV swasta, beberapa suporter PSS juga ikut menyaksikan dan memberikan dukungan langsung di Stadion Manahan Solo dan sempat tersorot kamera. Sekarang pertanyaannya, apakah saat laga PSS kandang maupun tandang mereka selalu hadir dan bernyanyi seperti yang dilakukan sore tadi? Kok sampe sebegitunya datang ke Solo cuma buat dukung klub lain atau sebenarnya mereka cuma tertarik dengan koalisi suporternya?



Semoga itu bukan berkoalisi, tapi hanya menemani. Seperti halnya saat PSS bertanding, banyak dari teman-teman suporter lain (jakmania, LA mania, Aremania dan ada beberapa suporter lain) yang terlihat di Stadion Maguwoharjo. Yang jadi permasalahannya adalah jika ada suporter penyusup seperti saat PSS menjamu Persib/Persebaya di Stadion Maguwoharjo beberapa saat yang lalu. Ada beberapa suporter lain (oknum berbaju orange) yang memprovokasi lewat tribun biru atas. Kalau terjadi apa-apa, yang kena tetap PSS.



Jika dilihat dari faktanya, memang sekarang "MEREKA" lebih bangga dengan koalisi suporternya, bahkan ada beberapa kelompok yang lebih suka memakai atribut koalisi. Dan mereka (anggota koalisi suporter) tersebut ikut memusuhi suporter lain yang menjadi musuh dari koalisinya, yang awal mulanya tidak mengerti awal permusuhan itu, dan mereka hanya ikut-ikutan menjadi musuh.



Apa yang sebenarnya ada dalam pikiran mereka? apakah menjadi suporter hanya dijadikan tren? Atau mereka hanya "GLORY HUNTER" yang hanya mengejar kemenangan? Atau mereka hanya bangga dengan gembor-gembor motor saat berangkat atau pulang dari stadion.



Bagi saya menjadi suporter tidak butuh koalisi. Jak Mania dengan Slemania memang berteman, Aremania dengan Slemania juga berteman, tapi saya tidak perlu memusuhi Bonex atau Viking. Karena saya menjadi suporter hanya untuk mendukung PSS Sleman. Saya lebih bangga dengan LOGO PSS ada di baju saya, saya lebih bangga bersorak dan bernyanyi saat PSS bertanding didepan mata saya, saya lebih bangga melihat pasukan berbaju hijau walaupun ada dijurang degradasi, daripada melihat klub berbaju biru atau orange mengangkat tropi juara. Karena hanya PSS kebanggaanku

JEJAK ANAK-ANAK DALAM KELOMPOK SUPORTER

01 Januari 2011
“Pokoke nek aku ketemu uwong sing nganggo kaos ijo(slemania) meh tak bandem… “, kata itu terucap begitu saja dari mulut seorang anak kecil disebuah kampung di kecamatan Wirobrajan Yogyakarta. Barangkali umurnya tidak lebih dari 15 tahun, perkiraan saya sekitar 11 tahun. Anak itu masih ABG, tidak juga, bagiku itu masih anak-anak. Saya pikir dia belum terlalu lama dipisahkan dari air susu ibunya. Saya melihatnya sekali lagi, kelihatan cukup emosional, marah, namun satu hal yang tidak bisa disingkirkan bergitu saja dari raut wajahnya, innocent, ala anak-anak.

Satu diantara dua temannya, umurnya sebaya, menimpali. “Opo awak dewe gawe plinteng wae, ben iso cepet mlayu, ujarnya”. Aku tersenyum melihat tingkah polahnya. Mereka bertiga malu-malu setelah tahu jika aku memperhatikanya. Tak lama setelah itu anak-anak itu lagi-lagi berbisik, “ono cah slemania” sambil menunjuk-nunjuk motor yang aku pake siang itu. Maklum di motor yang aku pakai terdapat tas kecil bungkus kaos bertuliskan “I Love (tanda jantung hati) PSS” berwarna hijau yang aku beli beberapa waktu yang lalu dari salah satu teman slemania cyber. Tas itu sudah berganti fungsi sebagai tempat air minum anakku, atas ide anaku sendiri yang masih berumur 4 tahun.

Obrolan anak-anak itu mengingatkan masa kecilku dulu, sejak SMP aku tak pernah lepas dari sepakbola, tentu PSIM yang aku lihat waktu itu. Kebetulan saya lahir dan besar di sebuah kampung bagian selatan kota Yogyakarta, cukup 20 menit bersepeda menuju stadion Mandala Krida. Waktu itu belum ada Brajamusti, yang ada PTLM (Paguyuban Tresno Laskar Mataram) sebagai kelompok supporter satu-satunya di Yogyakarta. Agak mirip dengan obrolan anak-anak diatas, saya dan teman-teman merasa bangga jika berhasil meloloskan batu dan kelereng sebagai “amunisi” ketika kesebelasan lawan mengungguli PSIM atau wasit yang saya pandang berat sebelah, hanya sekedar itu, tidak lebih.

***
Petang itu, menjelang maghrib, derby antara PSS vs PSIM telah usai. Saya pulang melewati depan perumahan mewah di Kecamatan Depok Sleman. Sesuai aturan saya masuk melalui jalur lambat, jalur khusus sepeda motor. Di depan perumahan itu sangat ramai dengan banyak orang, info yang saya dapat baru saja ada dua orang berbaju Slemania dihadang dan dipukuli rombongan Brajamusti yang baru saja pulang dari stadion Maguwoharjo Sleman. Karena jalan macet, saya menghentikan sepeda motor. Parkir sejenak sambil memperhatikan situasi sekitar. Sekitar 5 meter didepanku, saya melihat rombongan 7 anak kecil dengan menggunakan sepeda onthel lengkap dengan atribut hijau Slemania. Tak ketinggalan bendera kecil yang ditautkan di bagian belakang sepedanya.

Rombongan anak kecil itu berkumpul dan mengelilingi satu diantara 7 orang tersebut. Terlihat satu anak itu menangis. Saya dekati, “ngopo je le?”, tanyaku penuh selidik. “niki lho pak, nangis soale wedi kalihan tiyang Brajamusti”, jawab salah satu anak. “wau wonten tiyang Slemania diantemi”, timpal yang lainya. “Trus niki nggih sedoyo ajrih ajeng wangsul teng griyo”, anak ketiga menyambung. “lha omahmu ngendi”, tanyaku. “niki sak rencang griyane teng Moyudan”, jawab mereka serempak. Saya berpikir anak-anak ini bener-bener militan, dari Moyudan bersepeda, hujan lagi.

Saya sarankan ke mereka, segera copot atribut kalau memang takut. Tak lama ketujuh anak-anak ini segera mencopot baju, bendera dan syal mereka dan ditaruh di sebuah tas kresek hitam. Dengan telanjang dada, mereka pamit ke aku. “pak matur nuwun nggih, kulo sak rencang ajeng wangsul teng Moyudan, mboten nopo2 mangkeh nek masuk angin, niki pun resiko slemania sejati pak, nuwun nggihhh…”, ujar salah satu anak. Saya terhenyak, tak habis pikir, ternyata sepak bola benar-benar bahasa universal.

Dua kasus ini begitu mengejutkan, minimal bagiku. Anak-anak telah menjawab sebuah perlawanan, tidak dalam konotasi negative. Perlawanan merupakan simbol keberanian ataupun simbol menghadapi situasi sekitar untuk kemudian menentukan sebuah sikap yang akan dilakukan. Semoga saya tidak salah menentukan pilihan kata. Bisa juga anak-anak tersebut, dengan kapasitas masing-masing, telah menunjukkan sebuah militansi. Militansi yang sering didengungkan oleh kelompok-kelopok supporter di Indonesia hingga saat ini.

Militansi, dalam kamus besar bahasa Indonesia kurang lebih mempunyai arti ketangguhan dalam berjuang menghadapi kesulitan atau berperang. Bersemangat tinggi, penuh gairah dan berhaluan keras. Militansi tidak ditawar-tawar lagi, ini sebuah resiko perjuangan yang harus dihadapi baik secara individu maupun kelompok. Militansi tidak berdiri sendiri, harus ada obyek, subyek dan predikat. Militansi adalah produk dari sebuah obyek yang berlawanan. Dalam sepakbola, apalagi derby telah memunculkan api-api militansi di kedua belah pihak.

Perseteruan kelompok supporter PSS dan PSIM, menurut catatan saya sudah sejak tahun 2004 telah memunculkan miltansi di kedua belah pihak, baik itu Slemania dan Brajamusti. Namun karena sepakbola merupakan bahasa universal, anak-anak pun ikut terlibat dalam konsep militansi ini. Sekelompok anak kecil di kecamatan Wirobrajan memaknai militansi dengan menggunakan peralatan “tempur” seperti batu dan plinteng. Mereka akan menyerang lawanya dengan alat-alat yang sudah disiapkan. Namun sekelompok anak-anak dari Moyudan melihat kesebelasannya bertanding dengan bersepeda onthel. Ketika mereka menemui kesulitan dan ketakutan dijalan kemudian menyelesaikanya dengan mencopot atribut dan pulang ke rumahnya dengan bertelanjang dada.

Sayangnya saya tidak mencoba “memotret” kedua kelompok anak-anak ini menjadi lebih dalam, lebih in depth. Saya hanya melihat permukaan saja. Namun bagi saya, ini merupakan kecenderungan, proyeksi sebuah sikap militansi dengan gaya masing-masing. Ini sangat dipengaruhi dengan style masing-masing kelompok supporter dalam mensikapi dan mendukung kesebelasan masing-masing. Pengurus Slemania, menurutku masih bisa mengendalikan anggotanya yang berjumlah ribuan. Sehingga bagi Slemania, menonton sepak bola merupakan sebuah tontonan murni. Konflik, saling lempar dengan supporter tamu jarang bahkan tidak terjadi di stadion Maguwoharjo. Secara otomatis, hal inilah yang juga ikut andil “mendidik” slemania menjadi supporter yang tidak paham situasi dan kondisi.

Saya pernah menolong seorang Slemania yang dihajar oleh sekelompok supporter Brajamusti di ring road utara, saya coba korek informasinya. “Kenopo koe lewat mbarengi rombongan Brajamusti”, tanyaku. Jawabnya amat singkat, “kulo niki mboten ngerti nek Brajamusti niku mungsuhi Slemania”. Kejadiannya tahun 2009, masih sangat fresh, belum ada setahun. Bagiku ini sangat fatal, seseorang tidak mengetahui situasi dan kondisi. Bagi dia (korban pemukulan tersebut) seluruh supporter sepakbola dianggap sama seperti Slemania. Anti anarki dan supporter sopan.

***

Dua kasus kelompok anak-anak tadi mencerminkan kondisi masing-masing kelompok supporter, namun demikian inilah salah satu contoh militansi yang berhasil ditunjukkan, tentu dengan cara dan gaya masing-masing. Saya yakin bahwa anak-anak ini tidaklah mendapatkan “pendidikan” dari masing-masing orang tuanya. Mereka hanya melihat lingkungannya, melihat perilaku masing-masing orang dewasa disekitarnya. Anak-anak itu sendirilah yang akan melakukan apapun seperti yang mereka lihat dengan mata mereka sendiri.

Saya salut, meski sekelompok anak-anak ini telah menunjukkan militansi untuk kesebelasan masing-masing, sesungguhnya anak-anak ini juga merupakan korban. Setiap konflik, perkelahian bahkan perang anak-anak merupakan korban yang sesungguhnya. Dalam hal ini, anak-anak di Wirobrajan telah belajar untuk berbuat kekerasan. Bibit-bibit permusuhan dan kekerasan telah tertanam di otak bawah sadarnya. Sedangkan anak-anak dari Moyudan telah melihat kekerasan didepan matanya sehingga rasa trauma itu akan terus terbayang diotaknya hingga besar nantinya.

Kemudian, apakah yang akan kalian cari dalam persetruan kedua kelompok suporter ini? Bagiku militansi tidak identik dengan kekerasan, militansi bukanlah ajang balas dendam. Namun kalau memang kekerasan jalan akhir dari perseturan ini, saya siap ada dibarisan paling depan.

Sebuah renungan kecil
@Sipey, manusia biasa, warga Karangkajen, sekarang tinggal di Sleman (adem dan ra sumpek) dulu pernah mengurusi Slemania Tjaboel (Tjabang Boelaksumur), beberapa kali memposting pendapat pribadi di web www.slemania.or.id

Korban Suporter atau Suporter Korban?

01 Januari 2011
Apa reaksi Anda saat bersantai menyaksikan berita di televisi lalu sejurus kemudian disuguhi informasi yang menyebutkan kelompok supporter tertentu mengamuk dengan melakukan pelemparan ke tengah lapangan dan melakukan pembakaran di beberapa titik di tribun stadion? Kaget atau malah berkata pada diri sendiri “ah Liga Indonesia, sudah biasa”.

Belum selesai disana, esok harinya terbitlah berita di koran yang menyebutkan kelompok supporter tertentu mengamuk karena timnya kalah dan lain sebagainya yang tentu menyudutkan kelompok yang berulah itu. Adilkah? Mungkin ya, mungkin tidak.

Loh kok? sudah jelas mereka yang berbuat karena timnya kalah, supporter di Indonesia mana ada yang dewasa? Mungkin demikian pandangan masyarakat umum dan saya tidak dalam posisi untuk menyangkal hal itu, tetapi boleh kiranya saya mengungkapkan sudut pandang lain yang mungkin bodoh dan sangat sederhana, tetapi bukankah ide yang paling sederhana terkadang jawaban tepat?

Menurut saya sungguh picik jika kita sekadar menonton, mendengar atau membaca berita sebuah kerusuhan di tempat yang damai lalu dengan mudahnya menghakimi “ah payah ah, dasar supporter kampungan” (terlebih Anda adalah penggemar atau penggila sepak bola tetapi tidak pernah datang ke stadion alias terlalu senang dengan sepak bola luar negeri alias tidak suka atau mungkin tidak peduli dengan perkembangan sepak bola domestik).

Suka tidak suka, peristiwa pelemparan atau pembakaran di dalam stadion di Indonesia adalah cerita lama yang terus berulang-ulang bahkan sejak jaman kompetisi perserikatan dan galatama masih berjalan masing-masing. Terkait hal ini, tentu kita semua juga tahu bahwa berbagai usaha berbentuk himbauan kepada supporter agar berlaku tertib mungkin setiap tahun ada spanduk atau flyer yang dibagikan disekitar stadion. Lalu mengapa tidak ada perubahan? pasti ada yang salah disini.

Bukan saya mau bersikap sok tahu, tetapi saya ceritakan sedikit yang terjadi di stadion mungkin hampir di seluruh Indonesia:
1. Tahukah Anda jika banyak petugas keamanan yang datang ke stadion tetapi matanya tertuju kepada lapangan pertandingan dan bukan mengawasi penonton?
Ini sebetulnya kesalahan kecil, tetapi berdampak besar. Kenapa, karena sebetulnya saat petugas keamanan mengawasi supporter sepanjang pertandingan, maka letupan-letupan kecil yang ada bisa langsung terdeteksi.

2. Tahukah Anda ada larangan membawa air dalam kemasan (botol) tetapi banyak sekali pedagang yang berjualan air mineral dalam kemasan (botol) berkeliaran di areal tribun penonton?
Terkesan aneh, botol minuman tidak boleh masuk, tetapi pedagang bebas berkeliaran. Tanya kenapa?

3. Tahukah Anda jika tiket pertandingan biasanya di cetak lebih sedikit dari kapasitas stadion, tetapi banyak penonton tanpa tiket yang bisa masuk ke stadion dengan membayar sejumlah uang kepada oknum petugas yang berakibat sesaknya stadion bahkan bisa meluber ke sisi lapangan.
Ini fakta! silakan Anda bertanya kepada teman yang suka datang ke stadion, jawabnya pasti sama. Bagaimana kenyamanan menonton yang menjadi hak pemilik tiket akan tercipta jika hal seperti ini terus terjadi.

4. Tahukah Anda, ada pagar tinggi yang menjadi pemisah antara petugas keamanan dan penonton di stadion?
Jika terjadi suatu keadaan chaos karena segelintir orang yang terlihat adalah segerombolan kelompok supporter melawan sejumlah petugas keamanan saling serang.

5. Tahukah Anda, saya jarang sekali melihat petugas keamanan yang ditempatkan di areal supporter, jika sekalinya ada, jumlahnya tidak seimbang dengan jumlah supporter.
Percaya atau tidak, supporter memiliki kemampuan untuk menghancurkan tembok lantai stadion dan menjadikannya sebagai alat untuk menyerang. Percaya atau tidak juga, supporter juga sangat mudah untuk mengumpulkan beragam plastik dan kardus bekas yang ditinggalkan pedagang untuk dibakar.

Menilik lima hal yang saya sebutkan di atas sebetulnya peranan panpel dan petugas keamanan untuk menciptakan iklim stadion yang kondusif sebenarnya sangat dominan, JAUH LEBIH DOMINAN DIBANDING SUPPORTER ITU SENDIRI. Kenapa, karena jika di telusuri lebih dalam lagi supporter ternyata hanyalah korban dari sebuah sistem yang tidak dijalankan dengan baik atau jika mau lebih ekstrim kita katakan saja SISTEM YANG SALAH.

Salah bagaimana? Tentu salah..!!! petugas keamanan ada, sistem untuk masuk ke stadion yang memakai tiket sudah diterapkan tetapi, kok bisa ya oknum petugas disogok sehingga penonton tanpa tiket bisa masuk yang berakibat menonton tidak nyaman penuh sesak? kok bisa ya ada pedagang berkeliaran menjual hal-hal yang dilarang di pintu masuk stadion? kok bisa ya petugas keamanan yang ditempatkan di tribun penonton sedikit? padahal letupan kerusuhan itu biasanya berawal dari sana.
Kalau sudah membaca seperti ini, apa masih mau menyebut supporter biang kerok kerusuhan? saya sih lebih melihat supporter adalah korban dari sebuah sistem yang tidak berjalan mulus dan sistem inilah yang harus diperbaiki dan disorot habis-habisan, karena jika menyorot supporter saja, sekali lagi saya menilai supporter adalah korban.

Lalu bagaimana dengan oknum supporter? loh bukankah negara ini negara hukum? TEGAKAN HUKUM, TANGKAP PERUSUH, PROSES SESUAI DENGAN HUKUM YANG BERLAKU.

SEKALI LAGI SAYA TEKANKAN, SUPPORTER ADALAH KORBAN DARI SISTEM YANG TIDAK BERJALAN DENGAN BAIK…!!!(donpedro/supporter.web.id)

Geladi Perang Mulai Terdengar

15 September 2009
Kompetisi memang belum digelar. Genderang perang memang masih lama dibunyikan. Namun tampaknya geladi pertarungan sudah terdengar sayup-sayup. Seleksi pemain baik lokal maupun pemain jadi merupakan bukti keseriusan PSS Sleman menghadapi kompetisi Divisi Utama mendatang meskipun tampaknya hingga sekarang masih terkendala dengan dana.

Terakhir, empat pemain memutuskan bergabung bersama Elang Jawa, seperti Abda Ali, Agustiono, Agung dan Urip Estiyaji. Mereka memastikan menjadi punggawa Laskar Sembada bersama 14 rekan lainnya yang sudah lebih dulu bergabung, diantaranya Mbarep, Fahrudin, Agus Purwoko, Basuki Rahmat, Darmanto, Yustine Peter, Hasto, Nanda Wahyu, Doni Ikhsan, Valentino, Anang Hadi, Muhammad Eksan, Sampurno dan Sahid.

Beberapa langkah ujicoba maupun pada saat latihan sudah dilakukan oleh tim asuhan Yance Metmey ini untuk mencari kerangka tim sekaligus memanaskan tensi kompetisi pada tubuh para prajurit Super Elja. Persiapan fisik maupun mental memang sangat mempengaruhi konsistensi pemain dalam mengarungi kompetisi sepakbola di Indonesia yang terkenal panjang.

Apalagi, pasca lebaran mendatang PSS Sleman bakal dihadapkan pada turnamen Piala Kraton yang rencananya bakal diikuti oleh PSS, PSIM, Persiba dan Pro Duta yang merupakan klub yang berhomebase DIY, serta 2 klub Liga Super, yaitu Persisam Samarinda dan Persipura Jayapura.

Meski sifatnya hanya sebagai turnamen kecil, tetapi moment itu diharapkan bisa menjadi ajang unjuk kemampuan pasukan Yance Metmey kepada pendukung Slemania maupun simpatisan pendukung PSS lainnya seberapa pantas persiapan mereka mengarungi kompetisi Divisi Utama mendatang.

Apalagi kini setelah ada PSIM Yogyakarta dan Persiba Bantul, juga hadir Pro Duta yang juga berhomebase di Maguwoharjo sebagai tim saingan PSS di ajang kompetisi Divisi Utama yang berada di lingkup DIY. Bukan rahasia lagi bahwa kehadiran Pro Duta di bumi Sleman cukup menaikkan tensi para pendukung PSS.

Mungkinkah kehadiran tim debutan ini bisa menurunkan pamor tim PSS Sleman di mata Slemania dan pendukung PSS lainnya? Kita bisa melihatnya di ajang kompetisi Divisi Utama mendatang.

Untuk itu, marilah kita sebagai pendukung sejati Elang Jawa yang hanya ada satu di Indonesia ini untuk selalu powerfull dalam memberikan support kepada tim kesayangan kita. Kita buktikan bahwa kehadiran pemain ke-12 di dalam stadion sangat berpengaruh terhadap permainan PSS Sleman.

SEJARAH PSS SLEMAN

SEJARAH SINGKAT PERJALANAN TEAM HIJAU PSS MENUJU SEPAKBOLA NASIONAL

SUDAH lama dan berpanjang lebar orang membicarakan bagaimana sebuah permainan sepakbola bisa baik, berkualitas tinggi. Bahkan, dalam konteks nasional, Indonesia pernah kebingungan mencari jawaban itu. Berbagai pelatih atau instruktur didatangkan dari Brasil, Jerman, Belanda dan sebagainya. Namun, toh sepakbola Indonesia tak pernah memuaskan, bahkan tekesan mengalami kemunduran.

Dari pengalaman upaya Tim Nasional Indonesia untuk membangun sebuah permainan sepakbola yang baik itu, sebenarnya ada kesimpulan yang bisa diambil. Kesimpulan itu adalah, selama ini Indonesia hanya mencoba mengkarbit kemampuan sepakbolanya dengan mendatangkan pelatih berkelas dari luar negeri. Indonesia tidak pernah membangun kultur atau budaya sepakbola secara baik. Dengan kata lain, upaya PSSI selama ini lebih membuat produk instan daripada membangun kultur dimaksud.

Pelatih berkualitas, teori dan teknik sebenarnya bukan barang sulit untuk dimiliki. Elemen-elemen itu ada dalam textbook, atau bahkan sudah di luar kepala seiring dengan meluasnya popularitas sepakbola. Indonesia termasuk gudangnya komentator. Bahkan, seorang abang becak pun bisa berbicara tentang sepakbola secara teoritis dan analitis.

Sebab itu, seperti halnya sebuah kehidupan, sepakbola membutuhkan kultur. Artinya, sepakbola harus menjadi kebiasaan atau tradisi yang melibatkan daya upaya, hasrat jiwa, interaksi berbagai unsur dan berproses secara wajar dan jujur, bertahap dan hidup.

Untuk membangun kultur sepakbola itu, jawaban terbaik adalah membangun kompetisi yang baik pula. Lewat kompetisi, tradisi sepakbola lengkap dengan segala elemennya akan berproses dan berkembang ke arah yang lebih baik. Akan lebih baik lagi kompetisi itu terbangun sejak pelakunya masih kecil, tanpa rekayasa dan manipulasi. Pada gilirannya, tradisi itu akan melahirkan sebuah permainan indah dan berkualitas, serta memiliki bentuk dan ciri khasnya tersendiri. Itu sebabnya, kenapa sepakbola Brasil, Belanda, Inggris, Jerman dan Italia tidak hanya berkualitas, tapi juga punya gaya khasnya sendiri- sendiri.

Dalam konteks kecil dan lokal, Persatuan Sepakbola Sleman (PSS), sadar atau tidak, sebenarnya telah membangun sebuah kultur sepakbolanya melalui kompetisi lokal yang rutin, disiplin dan bergairah. Berdiri tahun 1976, PSS termasuk perserikatan yang muda jika dibandingkan dengan PSIM Yogyakarta, Persis Solo, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, PSM Makassar, PSMS Medan, Persija dan lainnya.

Namun, meski muda, PSS mampu membangun kompetisi sepakbola secara disiplin, rutin dan ketat sejak pertengahan tahun 1980-an. Kompetisi itu tak bernah terhenti sampai saat ini. Sebuah konsistensi yang luar biasa. Bahkan, kompetisi lokal PSS kini dinilai terbaik dan paling konsisten di Indonesia. Apalagi, kompetisi yang dijalankan melibatkan semua divisi, baik divisi utama, divisi I maupun divisi II. Bahkan, pernah PSS juga menggelar kompetisi divisi IIA.

Maka, tak pelak lagi, PSS kemudian memiliki sebuah kultur sepakbola yang baik. Minimal, di Sleman telah terbangun sebuah tradisi sepakbola yang meluas dan mengakar dari segala kelas. Pada gilirannya, tak menutup kemungkinan jika suatu saat PSS mampu menyuguhkan permainan fenomenal dan khas.

Ini prestasi luar biasa bagi sebuah kota kecil yang berada di bawah bayang-bayang Yogyakarta ini. Di Sleman tak ada sponsor besar, atau perusahaan-perusahaan raksasa yang bisa dimanfaatkan donasinya untuk mengembangkan sepakbola. Kompetisi itu lebih berawal dari kecintaan sepakbola, tekad, hasrat, motivasi dan kemauan yang tinggi. Semangat seluruh unsur #penonton, pemain, pelatih, pengurus dan pembina #terlihat begitu tinggi.

Meski belum optimal, PSS akhirnya menuai hasil dari tradisi sepakbola mereka. Setidaknya, PSS sudah melahirkan pemain nasional Seto Nurdiantoro. Sebuah prestasi langka bagi DIY. Terakhir, pemain nasional dari DIY adalah kiper Siswadi Gancis. Itupun ia menjadi cadangan Hermansyah. Yang lebih memuaskan, pada kompetisi tahun 1999/2000, PSS berhasil masuk jajaran elit Divisi Utama Liga Indonesia (LI).

Perjalanan PSS yang membanggakan itu bukan hal yang mudah. Meski lambat, perjalanan itu terlihat mantap dan meyakinkan. Sebelumnya, pada kompetisi tahun 1990-an, PSS masih berada di Divisi II. Tapi, secara perlahan PSS bergerak dengan mantap. Pada kompetisi tahun 1995/96, tim ini berhasil masuk Divisi I, setelah melewati perjuangan berat di kompetisi-kompetisi sebelumnya.

Dengan kata lain, PSS mengorbit di Divisi Utama LI bukan karena karbitan. Ia melewatinya dengan proses panjang. Kasus PSS menjadi contoh betapa sebuah kulturisasi sepakbola akan lebih menghasilkan prestasi yang mantap daripada produk instan yang mengandalkan ketebalan duit.

Dan memang benar, setelah bertanding di kompetisi Divisi Utama, PSS bukanlah pendatang baru yang mudah dijadikan bulan- bulanan oleh tim-tim elit. Padahal, di Divisi Utama, PSS tetap menyertakan pemain produk kompetisi lokalnya. Mereka adalah M Iksan, Slamet Riyadi, Anshori, Fajar Listiantoro dan M Muslih. Bahkan, M Ikhsan, Slamet Riyadi dan Anshori merupakan pemain berpengaruh dalam tim.

Pada penampilan perdananya, PSS langsung mengagetkan insan sepakbola Indonesia. Di luar dugaan, PSS menundukkan tim elit bergelimang uang, Pelita Solo 2-1.

Bahkan, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono sendiri yang saat itu berada di Brunei Darussalam dalam rangka promosi wisata juga kaget. Kepada Bupati Sleman Ibnu Subianto yang mengikutinya, Sri Sultan mengatakan, "Ing atase cah Sleman sing ireng-ireng biso ngalahke Pelita." Artinya, anak-anak Sleman yang hitam-hitam itu (analog orang desa) kok bisa mengalahkan tim elit Pelita Solo.

Saat itu, Ibnu Subianto menjawab, "Biar hitam nggak apa- apa tho pak, karena bupatinya juga hitam." Ini sebuah gambaran betapa prestasi PSS memang mengagetkan. Bahkan, gubernur sendiri kaget oleh prestasi anak-anaknya. Akan lebih mengagetkan lagi, jika Sri Sultan tahu proses pertandingan itu. Sebelum menang, PSS sempat ketinggalan 0-1 lebih dulu. Hasil ini menunjukkan betapa permainan PSS memiliki kemampuan dan semangat tinggi, sehingga tak minder oleh tim elit dan tak putus asa hanya karena ketinggalan. Berikutnya, tim cukup tua Gelora Dewata menjadi korbannya. Bahkan, di klasemen sementara, PSS sempat bertengger di urutan pertama.

Ketika tampil di kandang lawan, Malang United dan Barito Putra, PSS juga tak bermain cengeng. Bahkan, meski akhirnya kalah, PSS membuat tuan rumah selalu was-was. Sehingga, kekalahan itu tetap menjadi catatan mengesankan. Maka, tak heran debut PSS itu kemudian menjadi perhatian banyak orang. Hanya dalam sekejap, PSS sudah menjadi tim yang ditakuti, meski tanpa bintang.

Pembinaan sepakbola ala PSS ini akan lebih tahan banting. Sebab itu, terlalu berlebihan jika menilai PSS bakal numpang lewat di Divisi Utama.

Dengan memiliki tradisi sepakbola yang mantap dan mapan, tak menutup kemungkinan jika PSS akan memiliki kualitas sepakbola yang tinggi. Bahkan, bukan hal mustahil jika suatu saat PSS bisa juara LI.

Apa yang terjadi di Sleman sebenarnya mirip dengan yang terjadi di Bandung dengan Persib-nya dan di Surabaya dengan Persebaya-nya. Di kedua kota itu, kompetisi lokal juga berjalan dengan baik, bahkan sepakbola antarkampung (tarkam) pun kelewat banyak. Maka tak heran jika sepakbola di Bandung dan Surabaya sangat tangguh dan memiliki ciri khas tersendiri. Oleh karena itu, jika tradisi sepakbola di Sleman bisa dipertahankan bahkan dikembangkan, tak menutup kemungkinan PSS akan memiliki nama besar seperti halnya Persib atau Persebaya. Semoga!

STADION MAGUWOHARJO


MAGUWOHARJO INTERNATIONAL STADIUM



PSS dan Stadion Maguwoharjo
Stadion Maguwoharjo dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Sleman sebagai alternatif pengganti Stadion Tridadi yang merupakan homebase PSS Sleman dalam beberapa musim kompetisi. Animo masyarakat Sleman yang besar, terutama slemania, dalam mendukung PSS setiap kali berlaga di kandang membuat kapasitas di Stadion Tridadi sudah tidak mampu menampung penonton.
Dalam kurun waktu tahun 2004 hingga 2006 dibangunlah sebuah stadion yang memiliki standar internasional. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan ketidaklayaan stadion Tridadi untuk menjamu tim-tim besar Liga Indonesia.
Stadion yang dibangun di Desa Maguwoharjo ini resmi bisa digunakan sebagai kandang PSS Sleman dalam mengikuti kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia 2007. Dengan memiliki daya tampung hingga 35.000 penonton membuat stadion Maguwoharjo mampu menampung seluruh penonton yang menyaksikan tim kesayangan mereka, PSS Sleman saat bertanding, bahkan juga bisa menampung hingga 10.000 suporter tamu yang datang.
Stadion yang memiliki nama resmi Maguwoharjo International Stadium (MIS) ini dianggap sebagai salah satu stadion terbaik di Indonesia selain Stadion Gelora Bung Karno di Jakarta, Stadion Jakabaring di Palembang, dan Stadion Jalak Harupat di Kabupaten Bandung. Bahkan, Stadion Maguwoharjo pernah digunakan oleh tim nasional Indonesia dalam melakukan pertandingan ujicoba.

HASIL PERTANDINGAN LIGA TI-PHONE 2010/2011

PERSIPRO 4 vs 0 PSS SLEMAN 

Stadion Bayu Angga
Probolinggo
14 Apr 2011, 15:30 WIB


PSS Gagal Curi Poin Atas Persipro

14 April 2011
Misi skuad Super Elang Jawa, PSS Sleman untuk mencuri poin dikandang Persipro Probolinggo gagal. Dalam lanjutan Kompetisi Divisi Utama Liga Ti-Phone 2010/2011 Grup Timur di Stadion Bayu Angga, Probolinggo, Kamis sore (14/4), PSS menelan kekalahan telak 4-0 dari tuan rumah Persipro. Empat gol kemenangan Persipro dicetak melalui Basri Badrusalam di menit 31' dan penalti menit 89', Imam Hambali pada menit 52', Ahmad Junaidi dimenit 68'.

Permainan PSS sebenarnya cukup bagus, khususnya kiper ketiga PSS, Agung yang mampu menepis tendangan penalti Persipro dibabak pertama. Sebenarnya PSS mampu mencetak gol melalui penyerang Ferry Anto, sayang gol tersebut dianulir oleh asisten wasit yang menurutnya offside padahal sebenarnya posisi Ferry Anto on-side. "Gol saya dianulir, padahal jelas-jelas wasit tengah sudah menunjuk titik putih tengah, tapi hakim garis melihatnya offside",keluh striker asal Surakarta tersebut.

Selain itu dibabak kedua permainan Persipro berubah menjadi keras dan menjurus kasar. "Semua pemain kena sikut, tendang, injak dan ludah", imbuh Ferry Anto. Bahkan playmaker PSS, Anang Hadi juga mengakui kalau permainan Persipro kasar. "Mainnya kasar banget, wasit juga tidak fair memimpin", keluh Anang Hadi.

Selanjutnya PSS masih akan melakoni satu pertandingan tandang menghadapi tuan rumah PSMP Mojokerto pada hari Senin (18/4) di Stadion Gajah Mada, Mojosari. Skuad PSS akan langsung menuju Mojokerto dari Probolinggo hari ini, Jum'at (15/4).

PSS Bertekad Rebut Poin Dari Persipro

14 April 2011
PSS Sleman juga bertekad merebut poin dari tuan rumah Persipro Probolinggo Jatim, juga dalam lanjutan Grup Timur yang akan dilakoni di Stadion Bayu Angga Probolinggo, pada waktu yang sama. Walaupun PSS bakal turun tanpa Awang, namun pelatih M Basri sudah menyiapkan penggantinya yaitu Abdullah Rifai. Menurut Basri, PSS tinggal 2 kali tandang. Untuk itu harus bisa merebut poin dalam pertandingan sore ini, minimal 1 poin. Bila ini berhasil akan memacu anak-anak dalam pertandingan berikutnya menghadapi PSMP Mojokerto, di Mojokerto, Senin (18/4) mendatang.

Sore nanti PSS yang akan tampil lengkap dan mengetrapkan strategi yang telah dicobanya dalam uji coba lapangan kemarin. Tim kebanggaan masyarakat Sleman ini akan turun dengan formasi 3-5-2 dan bisa berubah menjadi 3-6-1 bila terus mendapat tekanan. Ia juga berharap PSS bisa tampil maksimal dan sportif, sehingga kalaupun pelanggaran tidak berlanjut sampai pada kartu kuning atau merah. Karena saat ini 5 pemain PSS sudah mengantongi 5 kartu kuning, sehingga jika di Probolinggo mendapat kartu lagi dipastikan di Mojokerto tak dapat main.

Sementara itu manajer tim PSS, Drs Rumadi mengatakan, dalam pertandingan itu PSS selain menyiapkan strategi dan teknik, manajemen juga telah memberikan suntikan mental pada semua pemain. Diharapkan semua pemain bisa menjaga emosi dan jangan mudah terpancing permainan lawan.

Pertandingan Ricuh, Wasit Hentikan Ujicoba

08 April 2011
PSS terus berbenah diri sebelum melakoni dua partai tandang ke Jawa Timur dalam lanjutan kompetisi Divisi Utama Liga Ti-Phone 2010/2011 Grup Timur menghadapi tuan rumah Persipro Probolinggo pada Kamis (14/4) dan PSMP Mojokerto pada Senin (18/4).

Sore tadi dalam pertandingan bertajuk ujicoba, PSS berhasil mengungguli tamunya PS Maju Lancar, Gunung Kidul dengan skor 5-1. Gol kemenangan PSS semuanya dicetak di babak pertama lewat hattrick Lubis Syukur dan dua gol melalui Eka Santika. Sedangkan tim tamu berhasil memperkecil di akhir babak pertama. Ujicoba ini dimaksudkan untuk melihat kesiapan fisik dan mental pemain jelang tur Jawa Timur. Selain itu coach Basri juga mencoba beberapa pemain cadangan agar tidak ada ketimpangan antara tim utama dan cadangan.

Sayang pertandingan yang sebenarnya berlangsung cukup seru harus dihentikan wasit diawal babak kedua mulai. Penyebabnya adalah terjadi keributan antar pemain yang melibatkan Nanda Nasution dan gelandang bertahan Maju Lancar. Ketika PSS mendapatkan tendangan pojok, Nanda secara tiba-tiba disodok dengan siku pemain tersebut, alhasil terjadi keributan di area pertahanan Maju Lancar. Secara sepihak wasit langsung meniup tanda berakhirnya pertandingan.

Sontak kejadian tersebut membuat penonton terpancing emosi. Bahkan manajemen Maju Lancar yang seharusnya melerai pemainnya malah ikut memprovokasi keadaan semakin panas. Alhasil sebagian penonton pun ikut turun ke lapangan untuk melerai keributan pemain tersebut.

Benahi Fisik, Sore Ini PSS Gelar Ujicoba

08 April 2011
Libur panjang pasca menghadapi Perseru dimanfaatkan skuad Elang Jawa untuk membenahi fisik para pemainnya yang dinilai menurun drastis. PSS sendiri bakal melakoni laga tandang menghadapi Persipro Probolinggo di Stadion Bayu Angga, Probolinggo, Kamis (14/4) dalam lanjutan kompetisi Divisi Utama Liga Ti-Phone 2010/2011 Grup Timur.

Dalam dua laga kandang terakhir yakni melawan Persidafon dan Perseru terlihat fisik anak asuh M. Basri menurun. Asisten pelatih Ikhsan Mustahid mengaku hal inilah yang membuat hasil saat menjamu Perseru tidak maksimal. Dalam beberapa hari ini tim pelatih akan memanfaatkannya untuk penjagaan fisik skuad PSS. Diharapkan dalam sisa laga yang bakal dilakoni, pemain bisa tampil prima dan meraih hasil maksimal.

Selain itu, PSS juga memanfaatkan jeda waktu yang panjang dengan menggelar ujicoba pada hari Jum'at (8/4) sore ini di Stadion Maguwoharjo, Depok, Sleman menjamu PS Maju Lancar. Ujicoba ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan pemain cadangan agar tidak ada perbedaan yang mencolok dengan skuad utama. Selain itu, ujicoba ini juga dimaksudkan untuk melihat kesiapan pemain sebelum menghadapi Persipro.

Coach M. Basri sendiri bakal membawa pemain yang benar-benar siap mental dan fisik di Probolinggo. M. Basri berharap anak asuhnya mampu meraih poin atas Persipro. Menurutnya, tiga laga sisa sangat berarti bagi PSS kedepannya.

PSS Ditahan Perseru 1-1

02 April 2011
Bermain dihadapan pendukungnya, PSS Sleman hanya mampu berbagi poin saat menjamu Perseru Serui dalam lanjutan kompetisi Divisi Utama Liga Ti-Phone 2010/2011 di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Sabtu sore (2/4) dengan skor 1-1. PSS unggul terlebih dahulu melalui sundulan Tri Handoko di menit 28'. Namun keunggulan tersebut tidak berlangsung lama. Di menit 36', Perseru berhasil menyamakan kedudukan menjadi 1-1 melalui Jaelani Aray.

Hingga babak kedua pertandingan berjalan cukup menarik. Kedua tim bermain ngotot untuk menambah gol. Namun serangan kedua tim selalu kandas di pertahanan lawan. Hingga peluit akhir dibunyikan kedudukan tetap 1-1.

Coach M. Basri mengaku PSS masih lemah dalam pertahanan dan penyelesaian akhir, sehingga PSS kesulitan meraih kemenangan. Ditambahkan lagi tim tamu mampu bermain taktis.

Dalam pertandingan yang disaksikan sekitar 5000 penonton itu wasit Hadi Suroso mengeluarkan 2 kartu kuning masing-masing untuk Awank (PSS) dan Boas Aturur (Perseru). Selanjutnya PSS akan melakukan away ke Probolinggo (14/4) dan Mojokerto (18/4) guna menghadapi tuan rumah Persipro dan PSMP.

PSS Minus Pilar Utama

02 April 2011
PSS Sleman harus membayar mahal kemenangan atas pemimpin klasemen sementara, Persidafon Dafonsoro. Tiga pilar utama skuat Super Elang Jawa (Elja), julukan PSS, dipastikan absen saat menjamu Perseru Serui, di Stadion Maguwoharjo, Sabtu (2/4). Adapun ketiga pilar yang absen itu adalah Fachrudin dan Tomy Aditya karena akumulasi kartu serta Eka Santika yang mengalami cedera saat bertabrakan dengan Celcius Gabes, kiper Persidafon.

”Ya, ini akan berat. Apalagi kami tidak diperkuat dua pemain inti di lini belakang kami. Namun kami akan berusaha,” kata arsitek PSS, M Basri, Kamis (31/3). Sebagai gantinya, M Basri mengaku bakal memaksimalkan beberapa pemain pelapis untuk menambal lowongnya barisan belakang. Basri masih memiliki Abdullah Rifai Kapitan Hitu, Elvian dan Ade Cristian yang siap untuk dimainkan sebagai starter saat berhadapan dengan anak asuh Gomez de Olivera.

Penampilan Abdullah Rifai dan Elvian di dua laga away yang dijalani PSS di Jawa Timur sendiri tidak kalah dibandingkan Fachrudin dan Tomy. Namun Basri masih mempertimbangkan skema dan strategi yang bakal diterapkan untuk memasang siapa pemain yang pas untuk meredam serangan dari Mamadow Diallo dkk. ”Dari ketiganya saya akan lihat siapa yang siap untuk menggantikan posisi kedua pemain itu. Mereka sendiri tidak kalah dibandingkan dua pemain yang absen itu,” tegas Basri.

Di sisi lain, kemenangan atas Persidafon, diakui Basri selain memberi keuntungan pada peningkatan statistik dan klasemen yang saat ini ditempati anak asuhnya, hasil itu kian memotivasi PSS untuk kembali mengulang kesuksesan menjamu Perseru Serui. Kemenangan menjadi target utama PSS, demi mengamankan posisi yang telah diraih. ”Memang secara materi, lebih bagusan Persidafon. Tapi kami tidak ingin menganggap remeh Perseru. Kami lihat mereka juga tim yang bagus. Soal siapa yang bakal di tempatkan di lini depan, kami lihat nanti,” pungkas Basri.

Slemania Keluarkan Himbauan

01 April 2011
Sebelum pertandingan melawan Persidafon Dafonsoro kemarin, Slemania mengadakan pertemuan untuk membahas kondisi Slemania dan yang menjadi pembahasan adalah :

1. KONVOI SLEMANIA
Sejauh ini perjalan Slemania baik dari berangkat dan pulang sering terjadi gesekan dengan kelompok suporter lain ataupun dengan warga sekitar. Kalau ada permasalahan dengan warga sekitar yang dilewati Slemania itu terutama karena suara knalpot blombongan yang mengganggu warga sekitar. Apalagi dalam perjalanan pulang yang sudah menjelang malam, suara knalpot itu mengganggu warga yang akan atau sedang menunaikan ibadah. Dari pengurus sudah berusaha untuk memberi pengertian kepada beberapa Laskar untuk tidak menggunakan knalpot blombongan. Dan nantinya juga akan berkoordinasi dengan aparat kepolisian untuk melakukan tindakan preventif terhadap beberapa pengendara yang melanggar peraturan lalu lintas. Dan khusus untuk gesekan dengan kelompok suporter lain, kita berusaha untuk koordinasi dengan warga sekitar yang lokasinya sering terjadi penghadangan. Kita juga berkoordinasi dengan Pihak Kepolisian (Polsek setempat) untuk menjaga tempat - tempat yang berpotensi timbul gesekan antar suporter. Dan langkah yang kita ambil ini setidaknya sudah membawa perubahan. Pada pertandingan lawan Persidafon kemarin dalam perjalan pulang dan berangkat semakin berkurangnya gesekan antar suporter. Dan knalpot blombongan juga berkurang.

2. CORAT-CORET
Saat ini terjadi fenomena yang tidak bagus di beberapa daerah di DIY. Yaitu maraknya corat - coret dari masing - masing kelompok suporter. Dalam pertemuan tersebut, pengurus pusat memberi arahan kepada Pengurus Laskar dan Pengurus Korwil untuk memberi arahan kepada anggota Slemania yang ada di Laskar dan Korwil untuk tidak melakukan aksi corat - coret yang sangat mengganggu keindahan dan meresahkan warga. Semoga ke depan Slemania tidak melakukan aksi corat - coret.

3. NYANYIAN SLEMANIA
Akhir - akhir ini kita mendengar beberapa lagu yang terdapat kata - kata yang tidak pantas dinyanyikan dan membuat beberapa penonton tidak nyaman bila mendengar nyanyian tersebut. Maka dalam pertemuan tersebut kita memberikan instruksi kepada Pengurus Laskar, Pengurus Korwil dan Pengurus Pusat untuk pertandingan - pertandingan yang akan datang untuk menghilangkan lagu - lagu yang tidak pantas dinyanyikan. Dan waktu pertandingan lawan Persidafon kemarin yang kebetulan live ANTV lagu - lagu yang tidak pantas jarang kita dengar. Dan penampilan Slemania dalam mendukung PSS kemarin sore mendapat apresiasi positif dari Masyarakat dan suporter DIY lainnya. Semoga pada pertandingan - pertandingan selanjutnya Slemania semakin baik.

Hal ini kita lakukan untuk kembali memperbaiki citra Slemania. Untuk kembali meraih simpati masyarakat yang dapat berimbas semakin banyak pula masyarakat yang mendukung PSS. Hal ini sangat penting untuk kembali meraih kejayaan PSS.